BANGKITKAN INTRUKSI INTERNAL DIRIMU



BANGKITKAN INTRUKSI INTERNAL DIRIMU

Renungkan n Pahami...
Kisah kesuksesan Ford di industri otomotif setidaknya telah membuka kesadaran banyak orang tentang betapa besar kekuatan yang dapat dibangkitkan oleh kemampuan mental dalam meraih suatu kesuksesan. Dengan pengetahuannya di bidang engineering yang dikatakan sangat minim, bukanlah menjadi penghalang bagi Ford untuk merealisasikan idenya menjadi raja dalam industri ini. Bukan berarti Ford berasumsi bahwa pengetahuan engineering tidak dibutuhkan untuk membangun industri otomotif atau menafikan peranan pengetahuan engineering, tetapi Ford memahami bahwa tatanan umum itu sebatas menawarkan pilihan.

Apakah Instruksi Internal itu?

Seorang 'ahli' mengatakan bahwa Instruksi Internal adalah dorongan internal yang membimbing seseorang untuk meraih dan menyelamatkan dari sesuatu. Ford memahami bahwa dorongan internalnya menunjukkan ide yang ia miliki di bidang industri otomotif dapat direalisasikan dengan menerapkan kelebihan dirinya dalam hal memanajemen dan mengorganisasikan sumber daya manusia. Dengan kelebihan yang ia miliki, Ford menggabungkan manusia dan teknologi rekayasa. Hanya saja secara kebetulan, dorongan yang diberikan oleh instruksi internal itu berlawanan arus dengan tatanan umum yang sedang berjalan di lingkungannya.
Tatanan umum memiliki "aturan" dan standar umum sementara realisasi suatu ide membutuhkan usaha pemberdayaan lebih keras dan lebih cerdas di atas ukuran rata-rata yang dipahami oleh umum. Akibatnya realisasi suatu ide menjadi terkesan sebagai pengecualian. Munculnya pengecualian ini, menurut Anne tidak lepas dari watak dasar instruksi internal yang antara lain dijelaskan sebagai berikut:


1. Tidak Populer
Semua orang memiliki instruksi internal yang menjadi petunjuk menemukan kelebihan dalam dirinya di bidang tertentu . Dengan sifatnya yang tidak populer itu sering terjadi misunderstanding di level umum. Secara umum, bisa diamati bahwa semakin besar kepatuhan seseorang terhadap instruksi internalnya, semakin banyak ditemukan bentuk tertentu yang berbeda dengan tatanan umum yang bisa jadi searah atau berlawanan.

2. Tidak Terlihat
Watak kedua ini menggambarkan sifatnya yang sangat personal sehingga tidak bisa dilihat oleh mata tatanan umum atau oleh diri sendiri kecuali sering berusaha melihat dan menemukannya di dalam diri. Pakar lain menamakan dengan Unseen Guide, penunjuk yang tak kelihatan. Teori psikologi mengatakan bahwa setiap orang sudah dibekali kelebihan atau bakat alamiah. Namun kenyataannya hanya sedikit orang yang berhasil memanfaatkannya. Hal itu mengindikasikan bahwa mayoritas orang lebih sering mengarahkan penglihatan mayornya ke luar dari minor object. Padahal untuk bisa melihatnya dibutuhkan pandangan mayor ke dalam dari major object yang sangat personal.

3. Pengecualian
Watak ketiga dari instruksi internal adalah sering memunculkan pengecualian yang diekspresikan ke dalam sudut pandang pribadi yang kuat. Instruksi tersebut bila diaplikasikan bisa berbentuk penolakan terhadap tatanan umum ketika dirasakan tidak sesuai. Kekokohan itulah yang menjadi alasan kuat untuk melakukan sesuatu berdasarkan instruksi dengan dalih personal yang tidak bisa dibendung meskipun oleh dirinya sendiri.
Hal ini bisa dibedakan dengan kekokohan yang dihasilkan dari ketergantungan pada instruksi dari luar (eksternal). Seandainya Ibnu Taimiyah mengikuti instruksi eksternal sebagaimana tatanan umum bahwa untuk menghasilkan karya haruslah didukung dengan fasilitas referensi, teknologi, ataupun ketenangan hidup, tentu beliau tidak akan menulis di penjara, bahkan dengan arang sekalipun.

Kunci Pembuka
Dari penjelasan singkat tentang watak atau sifat umum Instruktur Internal di atas, maka sangat logis jika dikatakan bahwa kunci untuk mengenalnya lebih dekat adalah mengetahui diri kita. Bahkan seorang pakar berpendapat bahwa memahami diri adalah pintu untuk mengetahui orang lain dan dunia. Tidak hanya itu, dalam agama pun, untuk menegakkan inti ajaran agama kita harus memahami kedudukan diri kita yang sebenarnya, yaitu sebagai hamba.
Perlu ditambahkan bahwa diri yang dimaksudkan di sini adalah "The Self" yang berarti memberi kemenangan terhadap diri atas "The Ego". Karena kemenangan lebih sering diberikan kepada "The Ego" - dorongan dari luar ke dalam, sehinga kunci untuk memahami instruksi internal yang akan menunjukkan kita pada bakat alamiah akhirnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau hanya berfungsi secara minimalis dengan hasil rata-rata.

Begitu besarnya kekuatan yang dihasilkan dari pemahaman diri. Oleh karena itu layaklah kita bertanya, dari mana dimulai? Sebelumnya perlu digaris-bawahi bahwa memahami diri adalah tahapan dari pencapaian proses sehingga tidak lepas dari upaya untuk meletakkannya sebagai materi belajar.

Aplikasi Belajar
Orang tidak menjadi langsung tahu siapa dirinya begitu ia dilahirkan, tetapi dapat menjadi tahu melalui proses pemberdayaan dari dalam ke luar. Materi pemberdayaan berikut bisa dijadikan langkah awal untuk memahami diri:

1. Eksplorasi
Sekian banyak rutinitas dan tetek bengek tatanan umum sering menciptakan pagar mental antara diri kita dan keadaan eksternal. Seringkali kita menganggap tatanan umum tersebut sebagai sesuatu yang mempengaruhi kita secara manipulatif dan intimidatif. Kalau dikembalikan bahwa realita adalah bayangan pemikiran kita, maka asumsi tersebut bukanlah kebenaran yang sesungguhnya melainkan pilihan antara mengubah atau tidak terhadap pola pikir kita. Eksplorasi diri bisa diartikan sebagai pilihan mengubah pola pikir untuk dapat merasakan perubahan realitas.
Contoh sederhana adalah niat kita ke sekolah. Ini bisa dipahami sebagai sebuah keharusan yang memiliki konsekuensi “hadiah” dan “hukuman”, tetapi di sisi lain menawarkan suatu celah untuk dipahami sebagai bagian penting dari eksplorasi diri. Memahaminya sebagai wilayah eksplorasi akan memunculkan optimalisasi tanggung jawab yang secara tidak langsung akan membuka lebih luas cakrawala tentang diri kita.

2. Labelisasi
Dari eksplorasi mental yang kita lakukan, buatlah label yang membedakan antara diri kita dengan orang lain, antara sesuatu yang bekerja dan sesuatu yang pasif, antara situasi spesifik dan situasi umum. Semakin banyak daftar label yang membedakan antara kita dengan orang lain, maka mempermudah untuk memahami diri kita. Hanya saja, sedikit perlu dicatat bahwa membuat label tidak bisa disamakan dengan membandingkan diri kita dengan orang lain. Label adalah membuat posisi mental dengan arah-fokus pada pemahaman ke dalam sementara perbandingan tidak punya arah-fokus demikian bahkan lebih sering berupa menghakimi diri sendiri.

3. Refleksi
Sulit diingkari bahwa banyak yang sudah kita jalankan atau gunakan tetapi banyak makna yang tidak terserap karena kita tidak menciptakan pemaknaan dengan sengaja. Refleksi diri adalah menciptakan zona bebas interaksi kecuali hanya dengan "the self" tentang "the self" untuk menemukan makna di dalam diri mengingat begitu besar makna yang dikandung. Tetapi perlu diakui, justru sebagian besar energi, waktu dan perhatian sering kita habiskan untuk menemukan makna di luar.

Walhasil, bangkitkan instruksi internal dirimu dengan lebih memahami kemampuan diri dan eksplorasi kemampuan sekitar. Di situ, akan kita dapatkan diri kita lebih bermakna bersama orang-orang di sekelililing kita, lebih menghargai kemampuan diri dan memnepis pengaruh buruk akibat bujuk rayu syetan karena pada dasarnya ada kekuatan dalam dirimu. Dan Bersyukurlah atas nikmat yang telah diberikan oleh ALLAH SWT. Selamat mencoba!